Di tengah padang rumput yang kecil pemalu
Terhamparlah abu bak kolam penuh batu
Melayang-layang rendah segumpal mega haru
Tersipu-sipu ilalang bergoyang tersapu bayu
Di tengah hutan belantara yang sempit
Ada pepohonan coklat penuh ulat, sakit
Bergerilya cahaya menyibak kegelapan
Satu-satu daun kering terbang ke bawah angan-angan, kematian
Di tengah-tengah samudera yang dangkal tak bergelombang
Duniaku, duniamu, telah menyatu
Dihubungkan benang bening penyempit ruang, pemendek jarak, dan pengerut waktu
Dalam sebuah catatan kecil seorang pelajar di batu karang
Di dalam silaunya hitam, pekat melebur
Daun-daun hijau terhampar di tepi jurang, kaku
Terhamparlah abu bak kolam penuh batu
Melayang-layang rendah segumpal mega haru
Tersipu-sipu ilalang bergoyang tersapu bayu
Di tengah hutan belantara yang sempit
Ada pepohonan coklat penuh ulat, sakit
Bergerilya cahaya menyibak kegelapan
Satu-satu daun kering terbang ke bawah angan-angan, kematian
Di tengah-tengah samudera yang dangkal tak bergelombang
Duniaku, duniamu, telah menyatu
Dihubungkan benang bening penyempit ruang, pemendek jarak, dan pengerut waktu
Dalam sebuah catatan kecil seorang pelajar di batu karang
Di dalam silaunya hitam, pekat melebur
Daun-daun hijau terhampar di tepi jurang, kaku
Ranting-rantingnya pun telah hancur
Selalu begitu saja berlalu…
Selalu begitu saja berlalu…
Duniaku, duniamu, bagai daun di musim dingin, membeku
Mimpiku, mimpimu, bagai hasrat di musim gugur, berbaur
Mimpiku, mimpimu, bagai hasrat di musim gugur, berbaur